Catatan Kecil untuk Mereka yang Tak Pernah Berhenti Belajar
Di sebuah ruang kelas sederhana, jauh dari hiruk pikuk kota, terdengar suara kapur yang bergesekan dengan papan tulis. Tidak ada mikrofon. Tidak ada kamera. Tapi di ruang itu, sejarah sedang ditulis dengan suara lembut dan kesabaran yang tak terhitung.
Guru. Sosok yang sering disebut, tapi jarang benar benar dipahami. Di balik senyap ruang belajar, ada mereka yang tak pernah henti belajar. Mereka yang sadar, bahwa mengajar bukan soal menyampaikan isi buku, tapi soal menyentuh isi hati.
Di tengah keterbatasan fasilitas, upah yang pas pasan, dan beban administrasi yang kadang menyita tenaga lebih banyak daripada murid, guru tetap datang. Dengan raut lelah, tapi tatapan yang penuh harap. Dengan langkah pelan, tapi hati yang tak pernah mundur.
Karena guru sejati tahu, mereka sedang menyalakan cahaya. Bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang belum tiba.
Mereka tidak menunggu tepuk tangan. Mereka tidak berharap viral. Tapi mereka percaya, bahwa setiap kata yang diucapkan, setiap nilai yang ditanamkan, kelak akan tumbuh menjadi pemahaman. Pemahaman yang melahirkan keputusan, keputusan yang membentuk arah hidup seseorang.
Mengajar adalah pekerjaan sunyi. Tapi sunyi yang mulia. Sebab dari ruang ruang sunyi itulah lahir para pemimpin, para pemikir, para penentu arah bangsa.
Dan sungguh, menjadi guru hari ini tak lagi cukup hanya bisa bicara di depan kelas. Guru kini dituntut menjadi pembelajar seumur hidup. Ia harus tangguh dalam perubahan, lentur dalam tantangan, dan setia pada nilai nilai dasar bahwa ilmu harus bermakna, bukan sekadar sampai.
Guru tak boleh hanya tahu isi buku. Ia harus mengerti isi zaman. Karena murid bukan hanya butuh jawaban, mereka butuh arah. Dan arah tak bisa diberikan oleh mereka yang berhenti belajar.
Di tengah dunia yang serba instan, guru mengajarkan proses. Di tengah budaya pamer, guru mengajarkan ketulusan. Di tengah zaman yang gemar menghakimi, guru hadir sebagai pelindung, bukan penghukum.
Ia hadir bukan untuk sekadar menyuruh anak duduk dan diam. Ia hadir untuk menyalakan mimpi. Dan memastikan bahwa setiap anak tahu ia berharga, ia bisa, ia punya potensi.
Sebab pendidikan bukan hanya soal angka di rapor, tapi tentang membentuk manusia. Dan guru adalah arsitek paling sunyi dari peradaban.
Untuk semua guru di mana pun berada, terima kasih telah menyalakan cahaya. Di ruang ruang yang mungkin tak megah, tapi penuh makna. Di hari hari yang mungkin tak selalu mudah, tapi tak pernah kehilangan harapan.
Karena sejatinya, guru bukan sekadar profesi. Ia adalah panggilan hati.
Dan panggilan itu akan terus menggema selama cahaya itu masih menyala.